Panggilan Mendesak

camp
Pendidikan

Desak-desakan! 30-an Santri Harus Mandi di 1 Kamar Mandi

“Anak-anak mau sekolah saja kami sudah bersyukur, tidak perlu membayar. Insya Allah kami upayakan pendidikan yang layak dan baik untuk anak-anak," ucap salah satu pengajar di ponpes.Hai Ka, Kenalin aku Katarina, salah satu santri di Pondok Pesantren Uswatun Karimah yang berada di Wersawe - NTT. Sebelumnya, aku nggak kepikiran untuk lanjut sekolah sampai SMP, Kak, karena ayah telah meninggalkanku dan saudara-saudaraku. Tapi alhamdulillah, masih ada sekolah dan pondok gratis. Tempat tinggalku, di Waejare jauh ke pondok dan cuma bisa ditempuh dengan jalan kaki. Itupun ditempuh kurang lebih 4 jam. Akhirnya, aku memutuskan tinggal di pondok ini saja. Aku dan teman-temanku yang (juga) putus sekolah, bersyukur banget dengan adanya pondok ini. Selain sekolah, kami juga belajar agama di sini. Hampir 80% santri di sini tinggal di pedalaman Manggarai Barat. Buat kami, untuk bisa melanjutkan sekolah itu perjuangan banget, Kak. Dari awal dibangun (tahun 2008), pondok ini memang tidak memungut biaya, jadi pasti ada saja kekurangannya, Kak. Seperti 1 kamar mandi harus digunakan lebih dari 30 siswa secara bergantian. Juga, pembangunan asrama putra yang belum selesai, sehingga murid harus tidur di teras masjid. Kak, aku dan teman-temanku di sini butuh banget dukungan dari kakak. Supaya, pondok kami punya fasilitas yang layak. Kami mau belajar agama dengan nyaman. Kira-kira harapan kami ini bisa terwujud nggak, ya?TemanBaik, yuk bantu Pondok Pesantren Uswatun Karimah supaya punya fasilitas pendidikan yang lebih baik! Caranya dengan klik Donasi Sekarang di bawah ini ya!
Dana terkumpul Rp 325.000
7 hari lagi Dari Rp 48.275.000
Donasi
camp
Kesehatan

6 Tahun Berjuang Lawan Kanker Usus Hingga Kehilangan Pekerjaan, Bantu Mantan Petugas Taman Nasional Ujung Kulon Sembuh

“Penyakit ini membuat saya kehilangan pekerjaan saya sebagai petugas pelindung hutan Taman Nasional Ujung Kulon. Istri terpaksa menggantikan saya sebagai tulang punggung karena kami punya 2 anak yang masih kecil. Kepercayaan diri saya juga runtuh karena saya harus pakai kantong di perut,” ungkap Gito.Saya Gito Widiyanto (37 thn), saya didiagnosa kanker usus. Semua berawal saat saya berusia 31 tahun, saya merasa perut selalu terasa kembung dan kesulitan tiap BAB hingga mengeluarkan darah. Saat saya periksa ke puskesmas, hanya diberikan obat sembelit saja.Saya berinisiatif untuk periksa lebih lanjut dan ternyata RSUD Pandeglang Banten mendiagosa ada tumor di usus besar dekat anus. Kini tumor itu sudah menjadi kanker karena ganas. Saya sudah menjalani operasi di tahun 2020 untuk pembuatan lubang di perut sebagai jalur pembuangan BAB, melakukan kemoterapi, hingga di sinar radiasi.Saat ini berat badan saya turun, area anus saya masih sakit, dan sering keluar lendir yang aromanya tidak sedap, bahkan kadang ada darahnya juga. Saya juga tidak bisa mengangkat barang yang berat-berat. Kalau sakitnya kambuh, bagian anus saya akan sakit luar biasa.Saya  ingin sembuh, karena masih ingin melihat anak perempuan saya yang berusia 5 tahun tumbuh besar dan menikah. Saya paling dekat dengan anak perempuan saya, dan anak perempuan saya merupakan motivasi terbesar saya untuk sembuh. Istri saya juga merupakan orang terdekat yang berperan besar mendukung kesembuhan saya, jasanya sangat besar.Kemoterapi masih rutin saya lakukan tiap 2 minggu di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta. Saya harus menempuh 6 jam perjalanan dari kediaman saya di Banten ke Jakarta. Namun sekarang saya terkendala biaya untuk menjalani pengobatan. Semua aset bahkan mas kawin sudah dijual untuk pengobatan saya. Istri saya saat ini bekerja di perusahaan wisata yang penghasilannya Rp80 ribu perhari.#TemanBaik, mari bantu Pak Gito agar bisa terus menjalani pengobatan dengan cara klik Donasi Sekarang di bawah ini!
Dana terkumpul Rp 1.595.000
3 hari lagi Dari Rp 35.000.000
Donasi
camp
Anak

Bantu Pengobatan Anak Nelayan yang Mengalami 2 Kelainan Sekaligus

Pengobatan anakku harus terus berjalan, apabila berhenti dikhawatirkan dokter anakku kembali kambuh kejang - bahkan kondisinya lebih parahSetiap kali sedang bekerja, aku selalu kepikiran apakah penghasilan dari nelayan ini bisa terus mengobati anakku, Hanif (4th) yang menderita hidrosefalus dan bibir sumbing? Aku bukan meragukan, tapi memang penghasilanku selama ini hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Memandang wajahnya saja aku selalu sedih. Nggak bisa membayangkan bagaimana susahnya anakku menghadapi penyakitnya ini selama 4 tahun, ditambah ia juga nggak punya langit-langit mulut. Masa kecilnya mungkin nggak seindah anak-anak lain yang aktif berlarian kesana kemarin, namun sebagai orang tua aku pasti akan berusaha semampuku. Di tengah kondisi ekonomi keluarga yang terbilang masih kurang, aku masih bersyukur anakku bisa berobat rutin di RSUD Kabupaten Indramayu. Kalau anakku berhenti berobat, dikhawatirkan ada penyakit komplikasi seperti kesulitan makan, infeksi telinga, masalah gigi hingga kesulitan bicara saat ia beranjak dewasa nanti. Berbagai upaya sudah aku lakukan, mulai dari pengobatan medis maupun media untuk kesembuhannya. Kami berharap ia masih memiliki harapan sembuh dan hidup normal seperti anak seusianya hingga besar nanti. Namun, usaha kami terbentur kendala beban biaya yang begitu besar. Kendala biaya datang dari mana saja, mulai dari transportasi hingga kebutuhan anakku. Tentu ini menjadi ketakutan tersendiri bagiku kalau sampai nggak bisa memenuhi semuanya. Itulah mengapa aku sangat membutuhkan dukungan dari TemanBaik untuk memenuhi kebutuhan pengobatannya. Untuk TemanBaik yang mau membantu, dapat menyalurkannya dengan cara klik Donasi Sekarang di bawah ini ya!
Dana terkumpul Rp 4.950.019
8 hari lagi Dari Rp 12.951.000
Donasi

Pilihan Campaign