Panggilan Mendesak

camp
Anak

Kehidupannya Normalnya Hanya Sampai Usia 4 Tahun Saja, Izza Alami Epilepsi Hingga Tak Bisa Bergerak dan Melihat

“Kami sangat merasa sedih dan sakit melihat kondisi anak kami yang semakin memburuk. Sakit ini juga mengakibatkan Izza mengalami komplikasi pada organ lainnya, gigi dan mulutnya terkena infeksi, paru-parunya sering mengalami radang, pendarahan dari lambung karena menggunakan selang NGT (selang makan dari hidung sampai lambung),” ungkap Eneng Wildayanti, Ibunda Izza.Izzatunnisa Kasturi Naim (6 tahun), merasakan kehidupan seperti anak normal pada umumnya hanya sampai usianya 4 tahun saja. Selanjutnya hari-harinya terasa gelap karena menderita epilepsi dan kelainan langka kerusakan metabolik yang menyerang sistem saraf otak.1 bulan setelah ulang tahunnya yang ke-4, Izza tiba-tiba mengalami tremor atau gemetaran tak terkendali pada kakinya hingga hilang keseimbangan. Saat diperiksa, awalnya dokter mendiagnosanya kekurangan kalsium dan vitamin D. Setelah 2 bulan tak ada perubahan, Izza justru mengalami kejang dan didiagnosa epilepsi oleh RSUD Ciawi.Selama sebulan pertama mengkonsumsi obat, kondisi Izza mulai membaik dan tidak mengalami tremor lagi. Orang tuanya mengira semuanya sudah selesai karena Izza kembali sehat, tapi ternyata itu merupakan awal penyakit itu berkembang. Berat badannya tiba-tiba turun setiap bulan, tremor kembali timbul bahkan di bagian tangannya. Izza juga kesulitan berjalan, kesulitan memegang benda, kesulitan menelan, kemampuan bicaranya menurun. Puncaknya saat usia 5 tahun Izza mengalami kemunduran motorik, tidak lagi bisa berjalan, berbicara, menelan, tidak bisa menggerakkan seluruh tubuhnya, bahkan melihat.Sejauh ini Izza sudah melakukan berbagai pemeriksaan, penanganan tindakan endoskopi dan biopsi lambung. Jika kambuh Ia akan mengalami demam, muntah darah, sesak nafas, kejang, dan hilang kesadaran hingga dilarikan ke UGD rumah sakit. Saat ini Ia harus menjalani kontrol rutin setiap minggu dari Bogor ke RSCM Jakarta dan dalam waktu dekat akan operasi gigi.Namun orang tua Izza terkendala biaya pengobatan, ayahnya merupakan pedagang yang penghasilannya tidak menentu dan ibunya merupakan ibu rumah tangga. Segala cara sudah dilakukan orang  tuanya, mulai dari menjual semua barang berharga emas, kendaraan dan menggunakan tabungan. Tapi sakit Izza butuh pengobatan dan biaya berkelanjutan.#TemanBaik, mari kita sama-sama bantu Izza agar segera pulih dan sembuh dari sakitnya dengan cara klik Donasi Sekarang di bawah ini!
Dana terkumpul Rp 1.302.000
13 hari lagi Dari Rp 25.000.000
Donasi
camp
Anak

Matanya Keluar dan Air Matanya Bisa Mengeluarkan Darah, Anakku Berjuang Lawan Kanker di Mata Sepanjang Hidupnya

“Air mata anak saya sering mengeluarkan darah kalau nangis terlalu lama, darahnya keluar melalui air matanya” ungkap Ahmad Asaeful Apipi, ayah dari Ied Ahmad Mujahi.Anak saya bernama Ied Ahmad Mujahi saat ini sedang berjuang melawan kanker Infantile Fibrosarcoma sepanjang usianya yang kini 1 tahun 4 bulan. Posisi tumornya berada di belakang mata hingga membuat matanya keluar dan menonjol besar. Tak hanya itu, bagian pipi sampai telinga juga mengalami benjolan yang besar.Gejala awalnya, anak saya memiliki benjolan kecil seukuran kelereng di pipi dekat telinganya saat usia 2 bulan. Setelah dibawa ke rumah sakit, anak saya didiagnosa mengidap tumor. Pada Desember 2022, anak saya langsung melakukan operasi pertamanya untuk pengangkatan tumor.Ternyata, hanya selang beberapa bulan saja tumor tersebut muncul kembali di bekas operasi pertamanya. Operasi kedua pun dilakukan pada September 2023 untuk pengangkatan tumor lagi. Hanya berjarak 2 minggu setelah operasi, tumor kembali menyerang pada bagian matanya dan hasil pemeriksaan anak saya dinyatakan kanker ganas.Kondisi itu membuat Ied tidak bisa dioperasi karena kankernya sudah menyerang ke dekat otak. Anak saya pun harus menjalani pengobatan selama 1 tahun dan kemoterapi sebanyak 9 kali di RSAB Harapan Kita Jakarta, tapi tidak ada perubahan. Kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta dan mengulang pengobatan dari awal lagi, kasihan sekali anak saya.“Jujur sebagai orang tua saya melihat anak saya sedih, di usia yang sedang aktif tapi hanya bisa terbaring. Setiap hari kami menangis, tapi mau bagaimanapun juga kami harus menghadapi kenyataan ini” ungkap Ahmad Asaeful Apipi.Selama menjalani pengobatan, benjolan di mata Ied terus membesar setiap harinya. Jika tidak menjalani pengobatan, sakit tersebut bisa menyerang otak dan organ lain serta saraf-saraf yang ada di daerah kepala. Namun, saat ini saya kesulitan biaya akomodasi dari Pandeglang Banten ke Jakarta dan kebutuhan pengobatan Ied yang tidak tercover BPJS. Saya bekerja sebagai pegawai honorer dan istri saya sebagai bidan. Kami juga masih memiliki anak yang masih bersekolah. Saya berharap anak saya diberikan kesembuhan dan dukungan dari teman-teman semua.#Temanbaik, mari kita bantu Ied menjalani pengobatan kanker pada matanya dengan cara klik Donasi Sekarang di bawah ini!
Dana terkumpul Rp 14.152.092
1 hari lagi Dari Rp 35.000.000
Donasi
camp
Kesehatan

Perjuangan Lansia Sebatang Kara, Tahan Sakitnya Tumor sampai Tak Bisa Tidur

“Mak cuma pengen sembuh, bisa nyari uang sendiri, tidur nyenyak, ikut lagi pengajian. Nggak apa-apa orang lain bilang apa, yang penting emak bisa sehat,"  ucap Mak AmihMak Amih (68th) seorang lansia sebatang kara yang tinggal di Kampung Mekarsari, Kecamatan Kertasari, Bandung ini harus menjalani masa tuanya dengan berkawankan penyakit langka. Ada benjolan yang membentuk tumor dan menjadi sangat ganas kalau mengenai sel saraf dan pembuluh darahnya. Sehingga Mak Amih harus segera ditindak. Padahal awalnya, itu hanya tahi lalat di sekitar kepala yang tak sengaja tercakar olehnya dan menyebabkan infeksi. Tanpa disadari, semakin lama tumbuh benjolan yang semakin besar dan pecah bahkan mengeluarkan nanah. Rasa sakit yang nggak tertahankan seperti tertusuk-tusuk seringkali membuat Mak Amih menangis kesakitan sampai nggak bisa tidur. Di tengah-tengah hidup sendiri dan kesulitan ekonomi, ia kadang terpaksa tidak berdagang sayur - yang menjadi satu-satunya sumber penghasilannya untuk tetap bertahan hidup. Sang suami sudah lama meninggal sejak Mak Amih masih muda. Sedangkan kelima anaknya kini harus mengurus rumah tangganya masing-masing. Sehingga ia pun berjuang sendiri untuk mencukupi kebutuhan harian dan berobat. Mak Amih seringkali meminjam uang ke tetangga untuk berobat, tak  jarang tetangga melarangnya ke rumah sakit karena dirasa ia nggak memiliki harapan sembuh dan hanya membuang uang. Ocehan tetangga tak membuat Mak Amih putus asa. Meskipun usianya sudah senja, Mak Amih tetap semangat untuk sembuh. dalam kondisi apapun ia akan terus berusaha untuk mencari biaya untuk berobat dan memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Untuk #TemanBaik yang mau menemani perjuangan Mak Amih, dapat menyalurkannya dengan cara klik Donasi Sekarang di bawah ini ya! 
Dana terkumpul Rp 3.583.000
8 hari lagi Dari Rp 40.264.000
Donasi

Pilihan Campaign