Panggilan Mendesak

camp
Kemanusiaan

Nur Hanifa, Gadis Kecil Setia Merawat Ayah yang Lumpuh

Sebuah kisah yang memilukan namun penuh dengan keberanian telah menginspirasi kita semua. Nur Hanifa, seorang siswa kelas VI di SDN 004 Polewali, Kabupaten Polewali Mandar, Sulbar, telah mengorbankan waktu bermain dengan teman-temannya demi merawat ayahnya yang terbaring lumpuh karena sakit kronis.Setiap hari, saat jam istirahat sekolah tiba, Nur Hanifa memohon izin kepada wali kelasnya untuk pulang ke rumah. Dia berlari cepat, tidak ingin kehilangan satu detik pun untuk memasak nasi dan merawat ayahnya yang tak berdaya. Bagi Nur Hanifa, setiap detik berharga, bahkan jika itu berarti mengorbankan waktu bermainnya.Ayahnya, Sudirman, hanya bisa duduk di kursi roda, ditemani oleh kedua adik perempuannya yang masih kecil. Sudirman, yang dulunya adalah sosok yang tangguh, kini harus bergantung pada kekuatan dan kesabaran putrinya yang masih belia. Ini adalah kisah tentang cinta sejati dan pengorbanan yang tak terhingga.Saat ini, kami membutuhkan bantuan Anda untuk membantu Nur Hanifa dan keluarganya. Biaya pengobatan dan perawatan yang terus meningkat menjadi beban yang berat bagi keluarga ini. Terutama dengan situasi ekonomi mereka yang sulit, setiap sumbangan dari #TemanBaik akan sangat berarti bagi mereka.Mari kita ulurkan tangan untuk memberikan dukungan kepada Nur Hanifa dan keluarganya dalam perjuangan mereka. Setiap donasi, sebesar apapun, akan sangat berarti bagi mereka. Bersama-sama, kita bisa memberikan harapan dan kelegaan bagi mereka di tengah cobaan yang berat ini.Jangan biarkan Nur Hanifa dan keluarganya berjuang sendirian. Setiap bantuan Anda akan memberikan cahaya harapan bagi Nur Hanifa dan keluarganya. #TemanBaik bisa ikut berkontribusi dengan cara klik Donasi Sekarang di bawah ini.
Dana terkumpul Rp 1.513.014
8 hari lagi Dari Rp 10.000.000
Donasi
camp
Kesehatan

Sakit Sekali! Kanker Serviks Stadium 3 ini Menyiksaku

Aku seperti hidup sebatang kara, walaupun masih ada anak. Sebenarnya, sudah nggak kuat lagi menahan penyakit kanker serviks ini, ditambah kondisi aku yang harus bekerja sendiri. Hai TemanBaik, Aku Indah Watimanta (57th) dari Jakarta. Terlihat dari luar, mungkin aku sehat dan selalu tersenyum, tapi sebenarnya nggak. Sejak tahun 2019, aku tengah berjuang sembuh dari kanker serviks stadium 3. Dulu waktu suamiku masih ada, dialah yang selalu memberiku dukungan untuk menjalani pengobatan rutin di rumah sakit. Sekarang, aku harus tahan banting bekerja sendirian, walaupun sedang sakit. Kalau nggak begitu, gimana aku bisa berobat?Anakku? Ada. Tapi, ia nggak pernah menjenguk. Bahkan, aku bisa bilang anakku mengabaikanku. Pernah waktu itu aku jatuh di kamar mandi sampai harus pakai alat bantu untuk berjalan, tapi anakku nggak datang untuk membantu. Justru malah tetanggaku yang ada di sampingku. Berjuang dengan penyakit ini sendirian sungguh menyiksaku, selain fokus pada penyembuhan, aku juga harus banting tulang sendirian. Pekerjaanku hanya serabutan dan hasilnya belum mencukupi kebutuhan berobat. TemanBaik, Bu Indah satu dari sekian penyintas penyakit kronis yang harus kita bantu dan dukung. Yuk, ringankan beban pengobatan Bu Indah dengan klik Donasi Sekarang di bawah ini ya!
Dana terkumpul Rp 1.900.000
9 hari lagi Dari Rp 30.750.000
Donasi
camp
Anak

4 Tahun Alami Kelainan Jantung Tanpa Penanganan Apapun, Bantu Tania Agar Bisa Operasi ke Jakarta

“Aku selalu semangat terapi berjalan dan berbicara walau seadanya. Aku juga semangat beraktivitas, aku ingin sembuh dan bisa sehat seperti kakak kembarku,” ungkap Tania.Halo Kak!Namaku Tania Utari Cahya (4 tahun), aku merupakan anak kembar, kakakku bernama Tantri Utari Cahya. Sekilas kami tampak serupa, tapi sebenarnya kami sangat berbeda, karena aku didiagnosa kelainan jantung bawaan.Sejak lahir aku sering mengalami sesak nafas dan demam, tak seperti kakakku yang sehat. Orang tuaku sempat membawaku berobat ke puskesmas, tapi tak ada perubahan. Akhirnya aku pun dibawa ke RSUD Gunung Jati Cirebon dan ternyata aku didiagnosa kelainan jantung TOF.Penyakit ini juga membuat pertumbuhanku terhambat. Makanya tubuh kakakku lebih besar meski kami kembar. Aku juga belum bisa berjalan dan berbicara. Padahal aku ingin sekali bermain kejar-kejaran dengan kakak kembarku dan mengungkapkan isi pikiranku.Mama dan Papa selalu sedih ketika melihatku tak bisa hidup normal seperti kakakku dan anak-anak lainnya. Apalagi kalau sakitku kambuh, aku tak hanya alami demam dan sesak nafas, tapi kuku jariku membiru. Biasanya mama dan papa hanya membawa berobat di kampung.Hingga di usiaku yang sekarang, aku belum mendapatkan penanganan lebih lanjut karena orang tuaku terkendala biaya. Tapi kondisinya sekarang dokter sudah menyarankan untuk segera melakukan operasi di Jakarta dan sedang menunggu jadwal.Tapi orang tuaku terkendala biaya karena papaku bekerja sebagai buruh yang penghasilannya Rp80 ribu perhari, sedangkan  mama merupakan ibu rumah tangga. Biaya untuk membawaku operasi dari Kuningan ke Jakarta pasti besar.#TemanBaik, mari bantu Tania agar bisa hidup sehat seperti kakak kembarnya dengan cara klik Donasi Sekarang di bawah ini!
Dana terkumpul Rp 70.000
7 hari lagi Dari Rp 25.000.000
Donasi

Pilihan Campaign